Tuesday, September 26, 2017

Laporan Kuliah Lapangan Perancangan Keairan Bendung Karang Talun dan Kali Bawang

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern sudah banyak model irigasi yang didesain oleh manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sumber mata air atau bertempat di hulu maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air ke lahan pertanian dengan cara menuangkan air dengan wadah. Kemudian, dituangkan pada tanah yang memerlukan. Model irigasi seperti ini di Indonesia dikenal dengan sebutan menyiram.
Salah satu model irigasi yang lain, adalah irigasi permukaan. Irigasi permukaan merupakan pengaliran air diatas permukaan dengan ketinggian sekitar 10 sampai 15 cm. irigasi permukaan juga merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung melalui bangunan bending maupun free intake (Pengambilan bebas). Kemudian air dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Disini dikenal dengan istilah saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan buka-tutup pintu air sesuai kebutuhan.
Sebuah bendung memiliki fungsi yaitu untuk meninggikan muka air sungai, kemudian mengalirkan sebagian muka air sungai ke arah tepi kanan atau kiri dapat disebut ke arah petak tersier. Fungsi bendung berbeda dengan bendungan. Dimana fungsi sebuah bendungan sebagai penangkap air. Kemudian menyimpannya untuk kebutuhan di masa yang akan dating. Seperti terjadinya kemarau atau paceklik masa tanam karena terbatasnya sumber daya air.



BENDUNG KARANG TALUN DAN KALI BAWANG

Legenda berkisah tentang Sunan Kalijaga yang pernah menumbuhkan harapan dalam kata hikmahnya, bahwa bumi Mataram akan subur dan rakyatnya makmur apabila Sungai Progo dan sungai Opak dikawinkan. Pada masa itu, mungkin kata hikmah tersebut terdengar sebagai sesuatu yang sangat mustahil sebab menyatukan dua sungai yang saling berjauhan, satu di tepi barat .dan satunya ditepi tiimur wilayah Mataram adalah salah satu hal yang mustahil. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, di wilayah Yogyakarta banyak berdiri pabrik Gula berjumlah 17 pabrik. Dengan berkembangnya pabrik-pabrik tersebut kemudian dibangun sarana-sarana pengairan di wilayah Yogyakarta. Pada tahun 1909 pemerintah Belanda telah membangun selokan Van Der Wijck dan Bendungan Karangtalun. Kedua Bangunan air tersebut mengairi areal perkebunan tebu di sebagian wilayah kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul.
Pada masa pemerintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, beliau mengusulkan proyek pembangunan saluran irigasi saat ini disebut Kanal Yoshiro yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Pak. Hal lain yang dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwiono IX adalah memanipulasi data tentang kemakmuran wilayah yogyakarta dengan cara menyebutkan bahwa kondisi penduduk dan arela pertanianmnya sangat memprihatinkan karena masalah pengairan. Sehingga jika ada sarana pengairan maka hasil pertanian akan melimpah dan dapat memberikan kontribusi penting bagi jepang. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kemudian pemerintah Jepang menyetujui dibangunnya sarana pengairan tersebut yang nantinya dikenal dengan selokan Mataram.
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1980 melakukan rehabilitasi. Prasasti Pembangunan Bendung Karang Taub tertulis, rehabilitasi bendung dilakukan di tahun 1980 dan diresmikan oleh Mentri Pekerjaan Umum Ir Suyono Sosrodarsono. Kini kanal Yoshiro sebagai selokan Mataram, salah satu bagina dari Jaringan Induk Saluran Mataram yang terdiri dari Saluran Induk Karang Talun, saluran Van Der Wijck dan Selokan Mataram. Jaringan ini merupakan jaringaninterkoneksi antara dua Daerah Aliran sungai (DAS) yaitu DAS Progo dan DAS Opak, yang saat ini dikenal dengan Sisrtem Mataram.
yang dimaksud dengan Sistem Mataram adalah sekumpulan daerah irigasi yang mendapatkan air dan Sungai Progo melalui saluran Induk Karang Talun, Van Der Wicjk dan Selokan Mataram yang berakhir di Sungai Opak Jaringan irigasi Sistem Mataram meliputi saluran banghunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.
Bangunan utama sistem Irigasi Mataram adalah Bendung Karang Atalun yang berda di desa Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang tgerletakjpada 7’30’’56.07’’’ dan 110’16’’02,29’’’. Saluran Pembawa pada sistem irigasi Mataram terdiri dari Saluran induk Karangtakun yang membawa air dari bendung Karangtalun sampai dengan bagian KT.4/B1 sepanjang 3km.
Saluran Van Der Wijk sepanjang 17 km. dan saluran induk mataram yang mengalirkan air dari bangunan bagi Van Der Wijk. Sampai dengan outlet kali opak. Di mojosari sepanjang 32 km. sepanjang saluran tersebut memberikan air di petak-petak sawah melalui bangunan sadap. Dan menyuplai debit beberapa sungai yang dilintasinya, agar dapat dibendung untuk daerah irigasi di bagian hilirnya.
Berdasarkan system planning awalnya jaringan irigasi system mataram dimaksudkan untuk pelayanan irigasi seluas 33.000 Ha. Dalam prakteknya, dengan adanya perubahan penggunaan lahan. Areal irigasi yang dilayani saat ini tingal 21.194 Ha. Menurut keputusan menteri PU tahun 2014 tentang penetapan status daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota/kabupaten. Area irigasi terdiri dari areal yang kewenangan dan tanggungjawabnya berada di pemerintah pusat sebagaimana lampiran kepmen . selebihnya areal irigasi dari bendung-bendung yang memperoleh suplesi dari jaringan irigasi mataram kewenangan dan tanggungjawabnya berada pada provinsi DIY, Pemerintah kab. Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
Manfaat yang bisa diambil dengan adanya selokan induk mataram bagi masyarakat DIY sangat besar. Adapun secara khusus manfaatnya sebagai berikut:
1.      Sebagai pengairan lahan irigasi sebesar 5.109 Ha. Dan memberikan suplesi terhadap area irigasi disebelah hilir melalui sungai yang dilalui saluran induk. Suplesi tersebut digunakan untuk memberikan tambahan air kepada bendung-bendung disebelah hilir sebesar 10.000 Ha.
2.      Untuk penggelontoran kota, hal ini terdapat 3 lokasi pengambilan.
a.       Suplesi melalui sungai denggung menuju sungai winongo di bendung bendololek.
b.      Suplesi melalui pintu sadap karangjati.
c.       Suplesi sungai belik.
3.      Untuk keperluan industri pabrik gula madukismo, mendukung proses produksinya. Pabrik gula tersebut membutuhkan volume air yang cukup besar yang digunakan sebagai pendnigin mesin produksi. Pabrik ini memanfaatkan air dari sungai winongo melalui bendung korbi yang berlokasi di desa tirtonirmolo kec. Kasihan, bantul.
4.      Akhir-akhir ini, pemerintah daerah mendukung kawasan ini sebagai parawisata setempat.






 Lampiran



                                             Penjelasan dari Penananggung Jawab Bendung


Intake Karangtalun 



Pintu Intake Karangtalun





Supply power















Pintu Penguras








                                                                                                                        
Pintu peluap





                                                 
                 










Pintu Intake Kalibawang












Pintu Intake Kalibawang






 












No comments:

Post a Comment