Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern sudah banyak model irigasi yang
didesain oleh manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sumber mata air atau bertempat di hulu maka irigasi
dilakukan dengan mengalirkan air ke lahan pertanian dengan cara menuangkan air dengan
wadah. Kemudian, dituangkan pada tanah yang memerlukan. Model irigasi seperti
ini di Indonesia dikenal dengan sebutan menyiram.
Salah satu model irigasi yang lain, adalah irigasi
permukaan. Irigasi permukaan merupakan pengaliran air diatas permukaan dengan
ketinggian sekitar 10 sampai 15 cm. irigasi permukaan juga merupakan sistem
irigasi yang menyadap air langsung melalui bangunan bending maupun free intake
(Pengambilan bebas). Kemudian air dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Disini dikenal dengan istilah saluran primer,
sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan buka-tutup pintu air
sesuai kebutuhan.
Sebuah bendung memiliki fungsi yaitu untuk meninggikan
muka air sungai, kemudian mengalirkan sebagian muka air sungai ke arah tepi
kanan atau kiri dapat disebut ke arah petak tersier. Fungsi bendung berbeda
dengan bendungan. Dimana fungsi sebuah bendungan sebagai penangkap air.
Kemudian menyimpannya untuk kebutuhan di masa yang akan dating. Seperti terjadinya
kemarau atau paceklik masa tanam karena terbatasnya sumber daya air.
BENDUNG
KARANG TALUN DAN KALI BAWANG
Legenda
berkisah tentang Sunan Kalijaga yang pernah menumbuhkan harapan dalam kata
hikmahnya, bahwa bumi Mataram akan subur dan rakyatnya makmur apabila Sungai
Progo dan sungai Opak dikawinkan. Pada masa itu, mungkin kata hikmah tersebut
terdengar sebagai sesuatu yang sangat mustahil sebab menyatukan dua sungai yang
saling berjauhan, satu di tepi barat .dan satunya ditepi tiimur wilayah Mataram
adalah salah satu hal yang mustahil. Pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengkubuwono VIII, di wilayah Yogyakarta banyak berdiri pabrik Gula berjumlah
17 pabrik. Dengan berkembangnya pabrik-pabrik tersebut kemudian dibangun
sarana-sarana pengairan di wilayah Yogyakarta. Pada tahun 1909 pemerintah
Belanda telah membangun selokan Van Der Wijck dan Bendungan Karangtalun. Kedua
Bangunan air tersebut mengairi areal perkebunan tebu di sebagian wilayah
kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul.
Pada
masa pemerintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, beliau mengusulkan proyek
pembangunan saluran irigasi saat ini disebut Kanal Yoshiro yang menghubungkan
Sungai Progo dan Sungai Pak. Hal lain yang dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwiono
IX adalah memanipulasi data tentang kemakmuran wilayah yogyakarta dengan cara
menyebutkan bahwa kondisi penduduk dan arela pertanianmnya sangat
memprihatinkan karena masalah pengairan. Sehingga jika ada sarana pengairan
maka hasil pertanian akan melimpah dan dapat memberikan kontribusi penting bagi
jepang. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kemudian pemerintah Jepang
menyetujui dibangunnya sarana pengairan tersebut yang nantinya dikenal dengan
selokan Mataram.
Pemerintah
Republik Indonesia pada tahun 1980 melakukan rehabilitasi. Prasasti Pembangunan
Bendung Karang Taub tertulis, rehabilitasi bendung dilakukan di tahun 1980 dan
diresmikan oleh Mentri Pekerjaan Umum Ir Suyono Sosrodarsono. Kini kanal
Yoshiro sebagai selokan Mataram, salah satu bagina dari Jaringan Induk Saluran
Mataram yang terdiri dari Saluran Induk Karang Talun, saluran Van Der Wijck dan
Selokan Mataram. Jaringan ini merupakan jaringaninterkoneksi antara dua Daerah
Aliran sungai (DAS) yaitu DAS Progo dan DAS Opak, yang saat ini dikenal dengan
Sisrtem Mataram.
yang
dimaksud dengan Sistem Mataram adalah sekumpulan daerah irigasi yang
mendapatkan air dan Sungai Progo melalui saluran Induk Karang Talun, Van Der
Wicjk dan Selokan Mataram yang berakhir di Sungai Opak Jaringan irigasi Sistem
Mataram meliputi saluran banghunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan pembagian, pemberian, penggunaan
dan pembuangan air irigasi.
Bangunan
utama sistem Irigasi Mataram adalah Bendung Karang Atalun yang berda di desa
Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang tgerletakjpada
7’30’’56.07’’’ dan 110’16’’02,29’’’. Saluran Pembawa pada sistem irigasi
Mataram terdiri dari Saluran induk Karangtakun yang membawa air dari bendung
Karangtalun sampai dengan bagian KT.4/B1 sepanjang 3km.
Saluran Van Der Wijk sepanjang 17 km. dan saluran
induk mataram yang mengalirkan air dari bangunan bagi Van Der Wijk. Sampai
dengan outlet kali opak. Di mojosari sepanjang 32 km. sepanjang saluran
tersebut memberikan air di petak-petak sawah melalui bangunan sadap. Dan
menyuplai debit beberapa sungai yang dilintasinya, agar dapat dibendung untuk
daerah irigasi di bagian hilirnya.
Berdasarkan system planning awalnya jaringan irigasi
system mataram dimaksudkan untuk pelayanan irigasi seluas 33.000 Ha. Dalam prakteknya,
dengan adanya perubahan penggunaan lahan. Areal irigasi yang dilayani saat ini
tingal 21.194 Ha. Menurut keputusan menteri PU tahun 2014 tentang penetapan
status daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggungjawab
pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota/kabupaten. Area irigasi
terdiri dari areal yang kewenangan dan tanggungjawabnya berada di pemerintah
pusat sebagaimana lampiran kepmen . selebihnya areal irigasi dari
bendung-bendung yang memperoleh suplesi dari jaringan irigasi mataram
kewenangan dan tanggungjawabnya berada pada provinsi DIY, Pemerintah kab.
Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
Manfaat yang bisa diambil dengan adanya selokan induk
mataram bagi masyarakat DIY sangat besar. Adapun secara khusus manfaatnya
sebagai berikut:
1.
Sebagai
pengairan lahan irigasi sebesar 5.109 Ha. Dan memberikan suplesi terhadap area
irigasi disebelah hilir melalui sungai yang dilalui saluran induk. Suplesi
tersebut digunakan untuk memberikan tambahan air kepada bendung-bendung disebelah
hilir sebesar 10.000 Ha.
2.
Untuk
penggelontoran kota, hal ini terdapat 3 lokasi pengambilan.
a.
Suplesi
melalui sungai denggung menuju sungai winongo di bendung bendololek.
b.
Suplesi
melalui pintu sadap karangjati.
c.
Suplesi
sungai belik.
3.
Untuk
keperluan industri pabrik gula madukismo, mendukung proses produksinya. Pabrik
gula tersebut membutuhkan volume air yang cukup besar yang digunakan sebagai
pendnigin mesin produksi. Pabrik ini memanfaatkan air dari sungai winongo
melalui bendung korbi yang berlokasi di desa tirtonirmolo kec. Kasihan, bantul.
4.
Akhir-akhir
ini, pemerintah daerah mendukung kawasan ini sebagai parawisata setempat.
Lampiran
Penjelasan dari Penananggung Jawab Bendung
|
Intake Karangtalun | ||||||
Pintu Intake Karangtalun
Supply power Pintu Penguras
Pintu peluap
Pintu Intake Kalibawang
Pintu Intake Kalibawang
|
||||||
No comments:
Post a Comment