BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Ketika air hujan
yang jatuh mengalir di sungai melebihi daya tampung tampang geometri sungai
maka air sungai akan meluap di kanan kirinya. Luapan air di kanan kiri sungai
dapat menimbulkan genangan dan banjir serta menimbulkan kerugian harta maupun
jiwa, disamping itu genangan yang ditimbulkan juga menjadikan kertergangguan
lingkungan dari kenyamanan serta rawan penyakit.Di beberapa kawasan kejadian frekuensi banjir akhir-akhir ini dari tahun ke
tahun
semakin bertambah, baik dari segi kuantitas maupun
keberulangannya.
Begitu juga
halnya di wilayah Jawa Tengah, hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah ini
sering sekali menyebabkan banjir di daerah sekitar Kotamadya Semarang dan
Kabupaten Unggaran. Ribuan rumah terendam
banjir, jalur transportasi kota sebagai urat nadi perekonomian utama sering
terputus. Air hujan yang jatuh dalam
daerah pengaliran sungai Garang di Kabupaten Unggaran kota tidak mampu
ditampung oleh lebar alur sungai yang ada. Sering sekali debit banjir yang
melelaui sungai garang ini menjadikan banjir kiriman untuk Kotamadaya Semarang.
Proses ini
timbul karena debit banjir yang melewati sungai sedemikian besarnya, dan debit
yang besar ini melimpas pada bantaran sungai. Pada penggal tikungan sungai juga
dijumpai kerusakan/keruntuhan tebing sungai.Akan tetapi kejadian ini tidak
mesti terjadi setiap tahun.Ada banjir-banjir besar tertentu yang masih dalam
batas aman toleransi dan ada banjir-banjir yang memang merusak kawasan
sekitarnya.
Sungai Garang yang
berhulu di Kabupaten Unggaran mengalir di tepi jalan raya dan pemukiman penduduk.
Hulu sungai ini terletak di kawasan
hutan lindung yang masih terjaga kelestarian hutannya, namun demikian banjir
juga tetap mengancam keberadaan kawasan ini. Dengan karakterisitik sungai yang
sedemikian maka kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) menampung beban aliran yang
besar sehingga potensi membawa banjir pada musim hujan.Kejadian banjir di awal
tahun 2014 telah menimbulkan dampak yang merugikan terhadap penduduk sekitarnya.Mengamati
profil memanjang dan profil melintang sungai bahwa telah terjadi gerusan di
sebagian kawasan hulu, dan kawasan hilir terjadi endapan sedimen dasar sungai.Oleh
karena itu agar banjir tidak selalu menimbulkan bencana maka perlu direncanakan
secara teknis konstruksi pengaman banjir beserta bangunan pelengkap lainnya.
1.2 Sasaran dan Tujuan
Sasaran dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan
Perencanaan Teknis bangunan sehingga dapat menjadi acuan dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk penanganan banjir secara teknis, seperti mengantisipasi
lokasi daerah rawan longsor dan kerusakan-kerusakan tebing Sungai Garang.
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mengatasi masalah banjir
secara teknis,
gerusan air sungai
akibat kecepatan banjir
dan ataupun oleh gerusan lokal saat banjir yang mengakibatkan runtuhnya
tebing sungaiyang
berakibat terganggunya fasilitas infrastruktur umum.
1.3 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan Sungai Garang
di Kabupaten Unggaran
Propinsi Jawa
tengah sebagaimana
terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Lokasi pekerjaan
1.4 Lingkup
Pekerjaan
Lingkup pekerjaan dalam Kerangka Acuan Kerja ini
adalah melakukan pekerjaan “Detail Desain Bangunan
Pengendalian Banjir Sungai Garang di Kabupaten Uanggran meliputi 3 (tiga) tahap
pekerjaan yaitu sebagai berikut ini.
A. KegiatanPendahuluan
· Pengumpulan data sekunder
· Pengumpulan data sosial, ekonomis, lingkungan dan
kebijakan pemerintah
B. Kegiatan
Survei meliputi
· Survei pendahuluan
· Survei topografi
·
Pemetaan
situasi
·
Survei
makanika tanah
C. Perencanaan
Teknis
·
Analsisis
Hidrologi
·
Analisis
data banjir dan perhitungan banjir rancangan
·
Perencanaan
rinci bangunan pengendalian banjir dan sedimen
1.5 Pengumpulan
Data
Pengumpulan data, peta, studi
terdahulu, buku-buku tentang studi yang berkaitan dengan pengamanan Sungai Garang
Kabuoaten Unggaran. Selanjutnya melakukan studi
terhadap data dan informasi. Data dan informasi tersebut meliputi:
a.
Peta topografi, buku Propinsi dan Kabupaten dalam angka,
catatan kejadian bencana (banjir dan kekeringan), peta penggunaan lahan DAS,
dan peta tata ruang,
b.
Pengumpulan data curah hujan, klimatologi, dan debit
sungai,
c.
Pengumpulan data-data sosial ekonomi seperti:
kependudukan, mata pencaharian, adat istiadat, agama, kepemilikan lahan,
penyediaan pangan, sumber air minum penduduk dan lain-lain,
d.
Data lain dan studi yan pernah dilakukan dan laporan lain
yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah daerah atau pusat,
e.
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah dalam hal mengurangi dampak bencana banjir.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Sungai
Morfologi
(Morpologie) berasal dari kata yunani yaitu morpe yang berarti bentuk dan logos
yang berarti ilmu, dengan demikian maka morfologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang bentuk (Wikipedia, 2011).Morfologi sungai merupakan hal yang menyangkut
kondisi fisik sungai tentang geometri, jenis, sifat, dan perilaku sungai dengan
segala aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu, dengan demikian
menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Morfologi sungai sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor di antaranya, kondisi aliran, proses angkutan sedimen, kondisi
lingkungan, serta aktivitas manusia di sekitarnya. Proses geomorfologi utama
yang terjadi di sungai adalah erosi, longsor tebing, dan sedimentasi. Air yang
mengalir di sungai sebagai fungsi dari gaya gravitasi merupakan sarana
transport material yang longsor dan atau tererosi, kemudian tersedimentasi pada
daerah yang lebih rendah. Erosi adalah kombinasi proses pengikisan, pengangkutan,
dan pemindahan materi lapukan batuan, kemudian dibawa ke tempat lain oleh
tenaga pengangkut. Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang berasal
dari tempat lain (Dibyosaputro, 1997).
Gambar 2.1
Morfologi Sungai
Keterangan
Gambar Morfologi sungai:
Sungai
terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak
sungai. Beberapa anak sungai mengalami proses pelapukan, erosi, pelarutan dan
sebagainya akan bergabung membentuk sungai utama.
Oxbow
lake atau Danau tapal kuda merupakan danau yang dihasilkan dari suatu meander
atau sungai yang berkelok-kelok dengan sifat airnya meluber melintasi daratan
mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya
membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai
akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander.
Meander
adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok terjadi akibat adanya pengikisan dan
pengendapan. Apabila terjadi secara berulang-ulang akan membentuk kelokan pada
sungai. Dan apabila proses ini terjadi pada beberapa bagian sungai, maka akan
membentuk sungai yang berkelok-kelok yang disebut sebagai meander. Pada
lengkungan meander masing-masing terdapat dua sisi bagian dari lengkung meander
yang selalu mendapat sedimentasi sehingga menyebabkan aliran tersebut berpindah
disebut undercut. Aliran air mengalir lebih cepat pada sisi luar lengkung di
badingkan arus pada sisi dalam, sehingga sisi luar lingkungan tererosi hasil
terendapkan pada sisi dalam.
Degradasi
adalah penurunan lapisan fluvial akibat proses erosi. Fluvial adalah proses
terkait keberadaan arus sungai, dan endapan hasil erosi.
Agradasi
adalah penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya angkut berhenti,
misalkan karen dasar sungai tempat berlangsungnya pengakutan tidak lagi
berlanjud melainkan berubah menjadi datar. Proses terjadinya agradasi dasar
sungai pada hulu akibat adanya pemasangan bangunan air. Selain itu degradasi
juga dipengaruhi oleh debit, waktu pengaliran dan angkutan sedimen.
Ciri–ciri
Karakteristik fisik sungai progo bagian tengah yaitu arus air sungai tidak
begitu deras, erosi sungai mulai ke samping (erosi horizontal), aliran sungai
mulai berkelok-kelok, mulai terjadi proses sedimentasi (pengendapan) karena
kecepatan air mulai berkurang sedangkan pada bagian 8 hilir sungai progo
memiliki karakteristik yaitu arus air sungai tenang, banyak terjadi
sedimentasi, erosi ke arah samping (horizontal), sungai berkelok-kelok (terjadi
proses meander).
2.2 Geometri Sungai
Geometri sungai adalah alur, palung dan
lembah sungai yang diukur secara vertical dan horizontal/denah, dimana
parameter yang dibutuhkan adalah: luas, kedalaman, panjang, lebar, kemiringan,
dan ketinggian (elevasi).Parameter geometri dapat diperoleh dengan cara:
1.
Pengukuran langsung dilapangan, yaitu untuk membuat peta situasi medan dan sungai,
penampang memanjang serta penampang melintang sungai.
2.
Pengindraaan jauh untuk peta medan.
Gambar 2.2
Geometri Sungai Curam
Gambar 2.3
Geometri Sungai Landai
Geometri
sungai erat kaitannya dengan kejadian banjir, sebab kapasitas sungai akan
berubah jika geometri sungainya berubah. Geometri sungai juga akan berbeda
tergantung lokasi sungai tersebut. Jika sungai berada di tempat yang curam,
geometrinya akan berbeda dengan sungai yang berada di tempat landai. Di tempat
yang curam seperti di lereng, geometri sungainya akan cenderung lebih dalam.
Hal ini disebabkan oleh gerusan air yang melewati lereng memiliki kecepatan
yang tinggi. Sedangkan sungai yang berlokasi di tempat yang landai akan
memiliki geometri yang dangkal,karena di lokasi tersebut aliran air memiliki
kecepatan rendah dan membawa serta sedimen hasil gerusan tanah dari bagian
lereng.
2.3 Profil Memanjang dan
Melintang
Dalam membicarakan penampang dalam suatu lembah, yang
di sajikan adalah penampang melintang dan penampang melintang. Untuk itu, akan
disajikan secara satu persatu, adalah sebagai berikut:
2.3.1 Penampang Melintang
Penampang melintang suatu lembanh aliran sungai ada
yang berbentuk V dan ada pula yang berbentuk U. namun sebenarnya bentuk ini
tidak lah tepat benar, karena setiaplembah jarang sekali memiliki menpunyai
sisi lereng yang simetris.Hal ini tergantung pada material batunya seperti
resisten tidaknya batuan, struktur pelapisan (kedudukan lapisan yang hampir
tegak pada lereng di bagian dalam). Hal ini di sebabkan karena air yang menglir
pada lekukan meander tersebut, terutama pada sisi luar merupakan aliran dengan
tekanan yang paling besar, sehingga terjadi pengikisan ke arah luar dan dinding terlihat lebih tegak. Bandingkan dengan
sisi bagian dalam nampak lebih landai. Kelokan bagian luar disebut dengan
Undercut slope (bagian dinding yang terkikis), sedangkan sisi bagian dalam
kelokan merupakan slip of slope (bagian sisi yang terendapi material), sehingga
makin ke arah pinggir makin dangkal. Berdasarkan kekuatan mengerosi
kearah dinding kelokan, maka jelas lahan yang ada di bagian barat aliran makin
lama makin terkikis habis, sebaliknya lahan di bagian timur aliran
luasnya bisa bertambah kearah barat. Untuk mengatasi pelebaran dan perubahan
aliran, maka pada sisi bagian barat sebaliknya di buat pengaman misalnya di
pasang batu bronjong (batu yang di taruh dalam kawat teranyam dan tersusun)
untuk menahan kuat arus.
2.3.2 Penampang
Memanjang Lembah
Penampang memanjang lembah pada dasarnya sama dengan penampang melintang.
Hanya saja pada penampang memanjang menunujukan profil suatu lembah atau sungai
dari hulu ke hilir dengan memperhatikan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian
yang sama. Oleh karena itu penampang memanjang merupakan grafik tentang
ketinggian suatu tempat sepanjang alur lembah kesungai dari hulu ke hilir.
2.4 Banjir dan Teknik Pengendalian Banjir
2.5 Erosi dan Sedimentasi
2.5.1 Erosi
Erosi yaitu proses lepasnya partikel batuan oleh tenaga
pengikis (Angin, Air tawar, Air laut dan Es/gletser). Ditinjau dari tenaga pengikisnya, erosi dibagi menjadi
empat:
1. Ablasi yaitu erosi
yang disebabkan oleh air yang mengalir. Ablasi
dibedakan menjadi lima:
a. Erosi Permukaan/Lembar (Splash Erosion)
Terjadi jika air permukaan
bergerak turun lereng dan mengangkut partikel-partikel tanah.
b. Erosi
Percikan (Splash Erosion)
Terjadi jika air hujan memecah
dan menghempaskan partikel-partikel tanah.
c. Erosi ALur (Riil Erosion)
Terjadi jika air yang mengerosi tanah membentuk alur
d. Erosi Parit
(Gully Erosion)
Terjadi dari perkembangan erosi
alur dan berkembang menjadi ukuran lebih dalam dan lebar (berbentuk V atau U).
e. Erosi Air Terjun (Waterfall Erosion) atau Erosi Mudik
Terjadi karena air terjun, dan
dapat menyebabkan erosi vertical yang bergerak mundur.
2. Abrasi yaitu erosi yang disebabkan oleh pengerjaan gelombang
air. Abrasi dapat menyebabkan
terjadinya tiga bentukan :
a. Cliff yaitu bentuk pantai dimana dinding bagian atas
menggantung, sedangkan bagian bawah terkikis oleh gelombang laut. Contoh: Cliff
Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Cipatujah (Jawa Barat).
b. Fyord yaitu pantai yang menjorok kedaratan dan bertebing curam. Contoh: Pantai barat pulau Selatan Selandia Baru,
Pantai barat Kanada
c. Marine Stack yaitu kumpulan tiang-tiang yang merupakan sisa sisa
abrasi. Contoh: Sand Dune (bukit - bukit pasir)
3. Eksarasi yaitu erosi yang disebabkan oleh pengerjaan es yang
mencair atau gletser.
4. Deflasi yaitu erosi yang terjadi karena angin. Contoh: Sand Dune (bukit-bukit pasir)
2.5.2 Sedimentasi
Sedimentasi yaitu peristiwa pengendapan partikel-partikel batuan
yang telah diangkut oleh air, angin, maupun gletser. Bentuk-bentuk yang
dihasilkan oleh sedimentasi air antara lain:
1. Delta yaitu endapan tanah yang terdapat di muara sungai. Bentuk delta antara lain:
a.
Delta Cembung
b.
Delta Runcing
c.
Delta Kaki Burung
d.
Delta Pengisi Estruaria
2. Dataran
Banjir yaitu dataran yang terdapat di kanan-kiri, terbentuk
dari tanah yang ditinggalkan banjir berfungsi sebagai penampung air sungai
ketika banjir.
3. Tombolo yaitu endapan pasir yang menggabungkan daratan
dengan pulau yang dekat dengan pantai.
4. Nehrung yaitu endapan pasir yang melintang berbentuk seperti
lidah.
2.5.3 Proses Terjadinya Erosi dan Sedimen
Proses erosi
secara alami telah terjadi yaitu proses pelapukan batuan atau bahan induk tanah
secara geologi dan alamiah. Erosi alami merupakan proses keseimbangan alam yang
artinya kecepatan kerusakan tanah masih saa atau lebih kecil dari proses
pembentukan tanah. Sedangkan DAS yang masuk dalam wilayah perkotaan mengalami
erosi yang cukup besar dan dalam waktu yang cukup cepat. Hal ini dikarenakan,
perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh meningkatnya kegiatan manusia di
wilayah DAS tersebut. Meningkatnya kegiatan manusia dalam mengelola
dan meningkatkan produktivitas tanah telah menyebabkan terjadinya pemecahan
agregat-agregat tanah karena pengangkatan dan pemindahan tanah pada saat
pengolahan tanah. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya laju erosi tanah yang
disebut erosi dipercepat.
Penyebab utama
terjadinya erosi di daerah tropis seperti Indonesia adalah air. Hal ini
disebabkan oleh, daerah tropis memiliki kelembaban dan rata-rata curah hujan
per tahun yang cukup tinggi. Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air
meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Pelepasan butiran
tanah atau paertikel tanah dari bongkah agregat tanah.
2. Pemindahan atau
pengankutan butiran tanah oleh media pengangkut, yaitu air.
3. Pengendapan butiran tanah dimana
butiran tanah tidak dapat diangkut lagi oleh media pengangkut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017 . Morfologi Sungai (https://id.wikipedia.org/
wiki/Morfologi_sungai . Diakses 11 September 2017 )
Anonim, 2015 .
Morfologi Sungai.(http://geografitanah-fahmiastathi .blogspot.co.id/2014/10/morfologi-air-sungai.html
Diakses 11 September 2017)
Anonim, 2012. Sungai.(http://rizaldyberbagidata.blogspot.
co.id/2012/06/sungai.html . Diakses 11 September 2017)
Maryono, A., 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan
Sungai. Yogyakarta : Magister Sistem Teknik Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada
Pujianto, Adjie (2013, 15 Agustus) Pelapukan, Erosi,
dan Sedimentasi. (http://pujiyantokedung.blogspot.co.id/2013/08/ pelapukan-erosi-dan-sedimentasi.html
. Diakses 13 September 2017)
Hidrologi Teknik, Ir. C.D Soemarto, B.I.E, DIPL.H,
1999
Anonim, (2013, 26 Februari) Erosi dan Sedimentasi. (http://andreysuryanto.blogspot.co.id/2013/02/erosi-dan
sedimentasi.html . Diakses 13 September 2017)
No comments:
Post a Comment