BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian kepemimpinan banyak sekali disampaikan oleh
para ahli, salah satunya adalah menurut Hadipoerwono yaitu adalah kemampuan
seseoarang dalam mengkoordinasikan dan
menjalin hubungan antara sesama manusia sehingga mendorong orang lain untuk
melaksanakan tugas-tugasnya dengan hasil yang maksimal (Tata Personalia,
Bandung, Jembatan, 1982:40). Dalam pandangan islam, kepemimpinan juga merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi setiap umatnya, karena Nabi Muhammad SAW juga
seorang pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan sehingga bisa menyebarkan
agama islam, dan membimbing pengikutnya ke jalan yang benar.
Kepemimpinan dalam islam juga mempunyai beberapa pendekatan yaitu pendekatan normative yang merupakan pendekatan berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadis yang mengandung 4 prinsip pokok dalam kepemimpinan yakni tanggung jawab dalam organisasi, prinsipa etika tauhid, prinsip keadilan, dan prinsip kesederhanaan. Selain itu juga terdapat pendekatan teoretis yang berarti bahwa Islam adalah idiologi terbuka, hal ini berarti bahwa walaupun dasar-dasar kepemimpinan sudah diatur dalam Islam secara sempurna, akan tetapi Islam tidak menutup kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan konsep pemikiran dari luar Islam, selama konsep pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadis dan membawa maslahat bagi masyarakat banyak. Oleh karena itu kami mengambil salah satu dari tokoh-tokoh islam masa sekarang dengan mengambil tema Kepemimpinan Islam dalam Pendekatan Teoretis yaitu Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur .
Kepemimpinan dalam islam juga mempunyai beberapa pendekatan yaitu pendekatan normative yang merupakan pendekatan berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadis yang mengandung 4 prinsip pokok dalam kepemimpinan yakni tanggung jawab dalam organisasi, prinsipa etika tauhid, prinsip keadilan, dan prinsip kesederhanaan. Selain itu juga terdapat pendekatan teoretis yang berarti bahwa Islam adalah idiologi terbuka, hal ini berarti bahwa walaupun dasar-dasar kepemimpinan sudah diatur dalam Islam secara sempurna, akan tetapi Islam tidak menutup kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan konsep pemikiran dari luar Islam, selama konsep pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadis dan membawa maslahat bagi masyarakat banyak. Oleh karena itu kami mengambil salah satu dari tokoh-tokoh islam masa sekarang dengan mengambil tema Kepemimpinan Islam dalam Pendekatan Teoretis yaitu Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan Islam dalam Pendekatan Teoretes
Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam tidak
dikembangkan dengan kekerasaan dan paksaan. Islam adalah agama bagi orang
berakal dan mau berfikir. Salah paham sebagian kecil umat islam dalam memahami
agamanya telah melahirkan kelompok radikal,yang benci dan memerangi orang yang
tidak sepaham dengan mereka. Kelompok ini dengan mudah mengkafirkan dan
menghalalkan darah umat Islam lainnya yang tidak sepaham dengan mereka.
Suatu kelompok pastinya akan dipimpin oleh seseorang
pemimpin. Seorang pemimpin muslim seharusnya bisa membimbing dan memberi contoh
kepada kelompoknya agar bersikap yang keras dan kasar terhadap orang yang tidak
sepaham dengan mereka.Karena sikap tersebut dapat menimbulkan ketakutan
dikalangan umat lainnya yang tidak sepaham dan seiman dengan mereka (non
Muslim). Akhir nya muncul kelompok Islam phobia yang menganggap semua Umat
Islam berperilaku kasar seperti itu, dan mereka mulai menimbulkan kesulitan
bagi umat Islam lainnya.
Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang bisa
mengarahkan dan memberikan contoh menerima dan
mengkomunikasikan ide-ide dan konsep pemikiran dari luar Islam, selama
konsep pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadis dan
membawa maslahat bagi masyarakat banyak karena kepemimpinan dalam islam harus
memiliki sifat idiologi terbuka.
B. Data Biografi
Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman
Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur (lahir
di Jombang, Jawa Timur, 7
September 1940 – meninggal di Jakarta, 30
Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah
tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden
Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J.
Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu
oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid
dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada
tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan
oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.
Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan
eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gus Dur adalah
tokoh dengan segala ide-ide yang menurut sebagian orang controversial yang
menjadi ciri khasnya, sikap-sikapnya yang tidak dapat diduga, serta model
kepemimpinan yang berbeda dengan yang sebelumnya. Walaupun memerintah hanya
dalam waktu yang sangat singkat, Gus Dur telah melakukan perubahan besar dengan
mengantarkan negeri ini menjadi salah negara kampium demokrasi dunia. Gus Dur
telah berhasil menghindarkan Indonesia dari konflik berkepanjangan yang
disebabkan oleh fanatisme agama, etnis, dan golongan.
Sebelum menjadi presiden, Gus Dur adalah seorang yang
gigih dalam memperjuangkan demokrasi dan menentang pemerintahan otoriter Orde
Baru. Dialah sang pemimpin Islam progresif yang secara gigih
mengkontekstualisasikan nilai-nilai demokrasi Islam di Indonesia. Ketika
menjadi ketua Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur banyak membuat gebrakan dengan
mengubah image NU dari organisasi tradisional menjadi organisasi modern dan
progresif. Setelah turun dari jabatan presiden, Gus Dur masih tetap aktif dalam
banyak organisasi internasional dan aktifitas lain dalam dunia internasional
yaitu sebagai berikut :
1.
Pimpinan dari The World Conference on Religion dan Peace (WCRP) yang berpusat
di New York (1994-1998). Setelah turun dari jabatan Presiden Indonesia
(1999-2001),
2.
Ketua Association of Moslem Community Leaders (AMCL), New York (2002).
3.
Presiden kehormatan The International Christian Organization for Reconciliation
and Reconstruction (IICORR) yang bermarkas di London, Inggris.
4.
Anggota dari International Advisory Board of the International and
Inter-religious Federation for World Peace (IIFWP), New York, USA.
5.Bagian
dari International Board of International Strategic Dialogue Center, Netanya
University, bersama dengan Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt (Bahar
1999). S
Sebagian besar aktifitas Gus Dur adalah berhubungan
dengan isu-isu kemanusiaan, perdamaian, pluarlisme dan hak asasi manusia.
Sebagai seorang kepala negara, ketua NU, dan juga ketua dari beberapa
organisasi internasional, karakter kepemimipinan Gus Dur unik dan susah untuk
didefinisikan.
Ketika menjadi ketua PB NU, dengan segala atribut
keistimewaan sebagai cucu pendiri NU, Hasyim Asy’ari, yang kharismatik, Gus Dur
malah lebih menekankan semangat egalitarianisme, progresifitas dan antifeodalisme.
Oleh sebagian besar para pengikutnya di NU, Gus Dur dianggap sebagai waliyullah
(kekasih Allah) yang mempunyai banyak keistimewaan dan kharisma, akan tetapi,
beliau justru tidak memperdulikan hal tersebut dan malah mengajak ummatnya
untuk berfikir rasional. Dalam setahun menjabat sebagai Presiden RI, Gus Dur
telah berhasil mendesakralisasi istana dengan mengajak para kyai tradisional,
seniman, dan rakyat bertandang ke istana dengan menggunakan sandal jepit dan
kain sarung.
C. Karakter Gusdur dalam Kepemimpinannya
Gus Dur telah mengajarkan bangsa Indonesia mengenai
banyak hal terkait mulai hubungan agama (Islam) dengan negara, toleransi
antarumat beragama hingga persamaan hak sebagai warga negara. Selain itu,
Gus Dur juga mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan pendapat,
menghilangkan diskriminasi berdasarkan ras dan agama serta mewujudkan
kemandirian bangsa dalam arti luas. Semasa hidupnya Gusdur banyak memberikan
nilai-nilai inspirasi kepemimpinan.
1.
Rendah Hati
Ilmu pertama yang didapatkan dari seorang Gus Dur
adalah kerendahan hati. Gus Dur adalah seorang keturunan darah biru (ningrat).
Ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah putera KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Ormas NU
dan Pesantren Tebu Ireng Jombang. Namun, Gus Dur tidak pernah sombong dengan hal
itu. Ketokohan dan kepopuleran Gus Dur bukan karena ia sudah terlahir sebagai
cucu tokoh besar Indonesia, namun karena proses yang begitu panjang dalam
hidupnya. Karakternya sebagai pemimpin yang rendah hati sudah terbentuk sejak
ia masuk Pesantren Tambakberas, Jombang tahun 1956. Bersama santri-santri
lainnnya, ia mengalami hal yang sama dalam proses belajar, tidak ada perbedaan.
Hal itulah yang Gus Dur bawa kemanapun dan mudah diterima oleh siapa saja.
Pemimpin yang memimpin dengan kerendahan hati, mulia perjuangannya.
2.
Kesederhanaan
Barangkali diantara semua presiden Indonesia, hanya
Gus Dur yang berani mengubah gaya formal dan kekakuan Istana Negara menjadi
“istana rakyat”. Wartawan maupun masyarakat mendapatkan akses mudah, hubungan
mencair dan penuh goyonan. Sandal jepit, sarung ataukah yang selama ini
“diharamkan “ di Istana Negara tidak menjadi persoalan. Nuansa kesederhanaan
semasa di pesantren seakan pindah ke Istana Negara. Gaya berpakaian Gus Dur
tidak seelok dan perlente Soekarno. Cukup kopiah dan pakaian sederhana. Kita
semua masih ingat, ketika Gus Dur digulingkan kekuasaannya secara
inkonstitusional oleh DPR-RI tahun 2001, Gus Dur meninggalkan Istana Negara
hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sandal. Inilah gaya kepemimpinan Gus
Dur, sederhana namun bersahaja dan bijaksana. Memimpin dalam kesederhanaan
adalah hal biasa namun kaya makna
3.
Humanis
Tidak banyak pemimpin di dunia ini yang menerapkan
prinsip humanis daripada otoriter dan kepintaran. Gus Dur adalah seorang
pemimpin yang menerapkan prinsip humanis dalam gaya memimpinnya. KH Hasyim
Muzadi, Ketua Umum PBNU mengatakan, “Humanisme Gus Dur berangkat dari
nilai-nilai Islam yang paling dalam. Tetapi, humanismenya itu melintasi agama,
etnis, teritorial dan negara.” Tidak mengherankan jika Gus Dur mendapatkan
banyak penghargaan dalam bidang perdamaian seperti, Doktor Honoris Causa Bidang
Perdamaian dari Soka University, Jepang (2003), Global Tolerance Award dari
Friends of the United Nations, New York (2003) dan World Peace Prize Award dari
World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan (2003). Dengan
gayanya yang humanis, Gus Dur tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat . Gus
Dur berbicara di Masjid, Gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya, bukan atas
nama agama, tetapi atas dasar prinsip kemanusiaan , bahwa manusia diciptakan
untuk saling menghargai dan melindungi satu dengan yang lainnya. Inilah
karakter pemimpin Indonesia yang saat ini sangat dibutuhkan,pendekatan secara
humanis kepada rakyatnya bukan kekuasaan semata. Gus Dur adalah sosok yang
gigih dalam membela dan memperjuangkan demokrasi, humanisme dan anti kekerasan.
Gus Dur bekerja menjaga kebebasan manusia dengan melindungi kaum minoritas dan
berbicara untuk yang tertindas. Gus Dur Mendorong kaum perempuan untuk
bertindak, membela kaum lemah dan berjuang untuk perdamaian. Beliau membangun
identitas nasional dengan menjalin solidaritas di antara berbagai golongan yang
berbeda. Yang dipimpin adalah manusia maka selayaknya pemimpin juga
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan
4.
Humoris
Inilah
gaya kepemimpinan Gus Dur yang sangat khas, humoris dan penuh guyonan-guyonan
segar. Dengan pendekatan yang humoris inilah seakan tidak ada jarak antara
lawan atau kawan. Guyonan-guyonan Gus Dur memecah kebuntuan dalam setiap persoalan.
Namun yang perlu diingat, guyonan dan sikap humoris Gus Dur sarat makna dan
mengandung nilai-nilai kritik serta edukatif. Mungkin inilah cara Gus Dur
menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk guyonan-guyonannya. Ucapan Gus Dur,
“gitu aja kok repot,” menjadi karakteristik tersendiri. Dalam suatu pertemuan
dengan Fidel Castro, presiden Cuba, Gus Dur mengatakan bahwa Indonesia
mempunyai empat presiden yang semuanya “gila”. Presiden pertama (Soekarno),
gila perempuan; Presiden kedua (Soeharto), gila harta; Presiden ketiga
(Habibie), gila teknologi; dan Presiden keempat (Gus Dur) membuat orang jadi
gila. Mendengar penjelasan Gus Dur, Fidel Castro tertawa terbahak-bahak. Dalam
kesempatan lain, Gus Dur sering mengatakan, Indonesia telah mempunyai empat orang
presiden yang mempunyai kelebihan tersendiri. Soekarno adalah Negarawan,
Soeharto adalah Hartawan, Habibie adalah ilmuwan dan Gus Dur adalah wisatawan.
Maksudnya wisatawan karena Gus Dur meskipun dalam jangka waktu relatif singkat
menjadi presiden namun dapat mengunjungi banyak negara untuk tugas-tugas
diplomasi kenegaraan. Suatu ketika, Gus Dur pernah mengeluarkan “joke” segar
namun penuh kritik, bahwa di Indonesia hanya terdapat tiga polisi yang jujur.
Pertama, (alm) Jenderal Hugeng, kedua, polisi tidur, ketiga, patung polisi.
Inilah yang harus diteladani jika mau menjadi pemimpin seperti Gus Dur, Humanis
yang humoris. Memimpin dengan humoris bagaikan setitik embun di padang gersang.
5.
Visioner
Seni memimpin ala Gus Dur adalah visioner dan berani
melakukan terobosan. Mungkin sebagian orang mengatakan kebijakan dan keputusan
Gus Dur kadangkala “gila” dan kontroversial. Namun inilah kelebihan Gus Dur,
apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan dan ia sudah memperhitungkan
untuk jangka panjang, bukan saat itu. Terobosan-terobosan oleh Gus Dur
mengandung nilai kostrukstif, demokrasi, penegakkan hak asasi manusia dan
perdamaian. Di era Gus Dur, ia berhasil memisahkan Kepolisian daari ABRI
(sekarang TNI). Pada tanggal 26 Oktober 1999, ia membubarkan Departemen Sosial
dan Departemen Penerangan yang selama masa Orde Baru menjadi kekuatan Soeharto.
Tanggal 17 Januari 2000, menerbitkan Keppres No. 6 Tahun 2000 tentang
Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan
dan Adat Istiadat China. Inilah cikal bakal hari raya Imlek dijadikan sebagai
hari libur nasional. Selanjutnya pada tanggal 14 Maret 2000, mengusulkan
pencabutan Tap MPRS No. XXV/1996 tentang pelarangan penyebaran marxisme,
komunisme dan leninisme. Dalam hal ini banyak orang mengatakan bahwa Gus Dur
cenderung melakukan pembelaan kepada eks PKI. Jika ditelan mentah-mentah memang
akan demikian namun sebenarnya itu meruoakan upaya Gus Dur untuk menciptakan
rekkonsiliasi di negeri ini. Tugas negara adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan tumpah darah Indonesia dan eks PKI merupakan bagian dari bangsa
Indonesia yang harus dilindungi.
Pemimpin sekarang harus belajar dari visioner gaya Gus
Dur, keputusan yang diambil bukan karena kepentingan elit politik, pribadi
ataukah kekuasaan semata. Apa yang Gus Dur lakukan untuk kemajuan bangsa.
Baginya, keturunan Tionghoa adalah warga negara yang mempunyai hak sama serta
banyak mengambil peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mantan tahanan
politik adalah manusia yang berhak memperoleh hak hidup layaknya manusia biasa,
tidak lagi didiskriminasikan. Untuk kaum minoritas inilah, Gus Dur berani
melakukan terobosan dan pemikiran yang jauh kedepan dalam bingkai kesatuan
negara Indonesia. Pemimpin harus mempunyai visi kedepan yang dapat
dipertanggungjawabkan tentang apa yang dipimpinnya.
6.
Sabar dan Memaafkan
Dalam era kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden
Indonesia, entah sudah berapa banyak cacian, fitnah, teror dan sebagainya.
Namun sepanjang kepemimpinannya itulah Gus Dur tetap memperlihatkan kesabaran
dan jiwa pemaafnya. Seperti guyonannya, “gitu aja kok repot.” Ketika group
lawak “Bagito Group” mempelesetkan gaya yang melecehkan Gus Dur, malah Gus Dur
membuka pintu maaf untuk mereka. Gus Dur sering difitnahkan telah murtad,
dibaptis di Gereja karena kedekatannya dengan kaum non-muslim. Selain itu, ia
diisukan pula sebagai agen Zionis Israel karena idenya membuka hubungan
diplomatik dengan Israel serta turut mengambil bagian dalam Yayasan Simon
Perez. Penganut paham sekularisme barat, tidak berpihak kepada kaum Muslim dan
dianggap melecehkan Al-Qur’an. Menghadapi semua tuduhan dan fitnah itu, Gus Dur
menjawab dengan “nyeleneh”, gaya khasnya, “Buang-buang energi saja.” Sampai Gus
Dur balik kepada sang Khalik, kita semua tidak pernah menemukan semua
tuduhan-tuduhan itu. Memang kesabaran dan jiwa pemaaf Gus Dur dengan sendirinya
melenyapkan fitnahan dan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Seorang
pemimpin harus mempunyai dua hati, yang satunya sabar dan yang satunya lagi
memaafkan.
7.
Bukan pemimpin transaksional
Mungkin hal inilah yang menjadi salah satu alasan
dibalik pemakzulan Presiden Abdurrahman wahid, cabinet persatuan nasional
pertama banyak dihasilkan dari kompromi-kompromi politik yang kemudian
disingkirkan satu persatu oleh Gus Dur, bahkan pada akhir kepemimpinan Gus Dur
hamper 75% Departemen (sekarang kementrian) merupakan orang-orang dari kalangan
professional. Hal inilah kemudian yang memicu orang-orang dari partai pengusung
Gus Dur kecewa, selain itu Presiden juga mengganti pimpinan-pimpinan di TNI yang
dianggap warisan orde baru. Ketika hari-hari menjelang lengsernya preside nada
sekelompok orang dari kalangan partai politik di DPR yang berjanji akan
mempertahankan posisi presiden dengan syarat, presiden harus mengganti
komposisi cabinet persatuan nasional dengan komposisi yang mereka tentukan
namun Presiden menolak dengan lantang beliau menjawab “lebih baik lengser
daripada harus menjual konstitusi, pancasila dan konstitusi bukan tempat untuk
jual beli jabatan” ujar presiden.
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia adalah salah satu bangsa di dunia yang
memiliki heteroginitas masyarakat baik dalam hal budaya dan lainnya, jika hal
ini tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi mala petaka yang dahsyat. Di
satu sisi pluralitas masyarakat dapat menjadi kekuatan jika dikelola dengan
baik dan profesional, namun jika tidak, perbedaan cara pandang antar individu
bangsa yang plural menjadi faktor penyebab disintegrasi bangsa dan konflik yang
berkepanjangan.
Sikap yang tepat menurut Abdurrahman Wahid dalam
menghadapi pluralitas masyarakat baik pluralitas agama maupun budaya serta
pluralitas etnik adalah menempatkan setiap kelompok masyarakat setara dengan
kelompok lain dalam hal apapun tanpa ada diskriminasi dan ketidakadilan. Menurut
Abdurrahman Wahid nilai-nilai universal Islam lebih penting ketimbang
formalisasi Islam yang hanya bersifat legalitas-simbolis, ia cenderung
menutamkan substansi Islam karena dengan demikian nilai-nilai universal islam
tidak hnya milik orang islam tapi juga milik non muslim seperti: demokrasi,
keadilan, persamaan.
Bagi Gus Dur sikap kritis harus tetap dilakukan guna
memberikan masukan bagi perbaikan kehidupan. Ia tidak hanya menggunakan
pemikiran Islam tradisional tetapi keilmuan kesarjanaan Barat, keduanya saling
melengkapi dalam rangka pemecahan masalah umat. Dengan demikian hukum Islam
akan selalu dinamis dan dengan demikian tidak akan kehilangan relevansinya.
Cara belajar pun harus dirubah dari metode ceramah
menjadi problem solving, dari menghafal materi sebanyak-banyaknya menjadi penguasaan
metodologi, dari mekanik menjadi organik, dari memandang ilmu sebagai hasil
final menjadi memandang ilmu sebagai proses yang dinamis. Pendidik memandang
anak didik sebagi pribadi otonom dengan segala potensi yang dimilikinya
sehingga akan tercipta daya kreatifitas peserta didik. Dengan demikian
demokratisasi pendidikan saat ini, dengan menempatkan kebijakan-kebijakan
pendidikan yang berpihak pada nasib
masyarakat di bawah. Dengan demikian pola penyeragaman dari atasan seharusnya
berubah dengan pola yang mengedepankan kebutuhan rakyat (dalam hal ini siswa)
di bawah. Materi pendidikan seharusnya mencakup nilai-nilai universal yang
dimikili agama diantaranya: nilai-nilai persamaan, keadilan, keterbukaan,
kejujuran serta adab sopan santun.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompas.com.sejarah
gus dur/2015/06/06/09:30
http://rohmadimubarok.blogspot.co.id/2015/06/
http://www.fadhilza.com/2015/01/islam/mensikapi-perbedaan-paham-dan-agama-dalam-islam.html
http://andi-septi.blogspot.co.id/2013/10/
No comments:
Post a Comment